More on

Featured

Tuesday, 23 August 2016

Multiple Sclerosis

Multiple Sclerosis - Hallo sahabat APOTEK PLUS, Pada sharing artikel kesehatan kali ini yang berjudul Multiple Sclerosis, saya telah menyediakan banyak artikel tentang kesehatan untuk anda. mudah-mudahan isi postingan dan tips kesehatan yang saya tulis ini dapat memberi manfaat untuk anda.

Artikel : Multiple Sclerosis
Other : Multiple Sclerosis

ALSO LIKE


Multiple Sclerosis

Multiple Sclerosis atau yang lebih dikenal dengan MS adalah penyakit autoimun yang bersifat kronik yang menyerang myelin otak dan medula spinalis. Penyakit ini banyak menyerang perempuan berusia muda dengan rasio resiko dibandingkan dengan laki-laki = 2:1

MS di Indonesia tergolong penyakit yang langka jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa ataupun Amerika. Meskipun demikian MS dapat mengakibatkan kecacatan yang cukup berat.

Klasifikasi Multiple Sclerosis

MS dikelompokkan menjadi 4 tipe:
  1. Relapsing Remitting MS
    Pada tipe ini pasien akan mengalami gejala remisi dan eksaserbasi. Pada tahap awal remisi bisa sempurna. Tetapi pada serangan yang cukup sering remisi bisa meninggalkan gejala sisa. Tipe RRMS adalah tipe terbanyak MS.
  2. Secondary progressive MS
    Tipe ini merupakan kelanjutan dari RRMS yang semakin progresif. Gejala klinis semakin memberat baik pada saat relaps maupun di luar relaps
  3. Primary progressive MS
    Pada tipe ini gejala neurologis yg timbul bersifat progresif dan tidak ada fase relaps remisi. PPMS tergolong lebih jarang dibadingkan dengan RRMS
  4. Primary Relapsing MS
    Seperti PPMS, PRMS juga memperlihatkan gejala neurologis yang progresif namun masih ditemukan fase relaps di antaranya.


Gejala Multiple Sclerosis

Gejala MS sangat bervariasi pada setiap pasiennya (dan tidak sama setiap harinya), termasuk fatigue, mati rasa, penglihatan double, bicara cadel, kesulitan menelan, gangguan kognitif, tremor, vertigo, nyeri, kurangnya koordinasi, kelumpuhan, dan kebutaan. Dari gejala yang paling ringan hingga menyandang disabilitas dan yang berada di antaranya, gejala khas MS sulit untuk didefinisikan. Meskipun gejalanya sering tak terlihat secara kasat mata, MS adalah kondisi medis serius.

Multiple Sclerosis dan Spastisitas
Sekitar 80% pasien Multiple Sclerosis mengalami gangguan yang dikenal sebagai spastisitas. Spastisitas adalah kekakuan otot yang bisa timbul spontan ataupun apabila tercetus oleh stimulasi misalkan kontraksi otot.

Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi spastisitas ini? Yang terutama adalah meyakinkan diri sendiri bahwa spastisitas ini dapat diatasi dan tidak berarti aktivitas akan terbatasi dengan adanya spastisitas.

Bekerja sama dengan dokter, perawat dan fisioterapi akan sangat membantu mengatasi spastisitas. Latihan fisik seperti Yoga dapat membantu mengurangi spastisitas.

Apablila spastisitas tidak teratasi dengan latihan fisik, dokter akan meresepkan obat-obatan yang dapat membantu mengurangi kekauan otot. Obat yang direkomendasikan untuk mengurangi spastisitas pada MS adalah Baclofen dan Gabapentin. Jika dengan pemberian obat ini tidak didapatkan hasil yang diinginkan, bisa digunakan obat seperti Tizanidine, diazepam ataupun clonazepam.

Neuritis Optica
Neuritis Optica merupakan gangguan pada saraf mata yang cukup sering menjadi gejala awal dari Multiple Sclerosis. Pada Neuritis Optica terjadi peradangan pada serabut saraf mata akibat respon imun dari penyakit MS.

Gejala yang ditimbulkan berupa penurunan ketajaman penglihatan dan nyeri di bagian belakang mata. Pandangan menjadi kabur dalam hitungan jam hingga hari. Pada serangan tunggal umumnya penglihatan dapat kembali normal. Akan tetapi pada kasus yang berulang kualitas penglihatan akan semakin menurun dan dapat mengakibatkan kematian. Penglihatan warna juga dapat mengalami gangguan. Warna-warna menjadi terlihat tidak secemerlang biasanya. Gangguan penglihatan ini juga akan semakin memberat dengan aktivitas fisik ataupun jika penderitanya terpapar oleh panas.
Selain itu pasien Neuritis optika juga merasakan seperti melihat kilatan-kilatan cahaya.

Pengobatan Neuritis Optika umumnya menggunakan kortikosteroid. Dokter akan memberikan kortikosteroid dosis tinggi selama 3-5 hari di bawah pengawasan ketat.

Neuritis Optika tidak hanya menjadi gejala awal dari MS tetapi juga Neuromyelitis Optika (NMO). Namun pada NMO umumnya gejala Neuritis Optikanya lebih berat dan dapat disertai dengan kelumpuhan.

Oligoclonal Band (OCB)
OCB yang terdeteksi sering kali dianggap sebagai penanda pasti dari Multiple Sclerosis. Apakah benar demikian?

OCB merupakan imunoglobulin yang ditemukan dalam otak. Hal ini terjadi sebagai respon sistem imun terhadap inflamasi yang terjadi di otak. OCB tidak berkorelasi dengan proses demyelinisasi yang menjadi dasar mekanisme MS. OCB ditemukan (positif) tidak hanya pada kasus MS tetapi juga pada kasus infeksi otak dan inflamasi otak lainnya. OCB yang positif saja tanpa didukung oleh gejala ataupun tanda MS lainnya tidak dapat dipergunakan untuk menegakkan diagnosis MS. OCB akan bermanfaat pada penegakan diagnosis MS sebagai penunjang apabila gejala dan tanda lainnya sesuai dengan MS. OCB menjadi penting apabila seorang pasien dengan serangan awal/ tunggal yang dicurigai MS (Clinically Isolated Syndrome), mendapatkan hasil yang positif, maka kemungkinan gejala tersebut berkembang menjadi MS akan lebih besar.

Relaps
MS dengan tipe RRMS akan mengalami episode relaps beberapa kali dalam hidupnya dengan frekuensi yang bervariasi.

Relaps atau yang sering disebut juga eksaserbasi adalah timbulnya gejala neurologis baru gejala lama yang memburuk dan berlangsung lebih dari 24 jam. Dikatakan relaps jika gejala tersebut muncul setidaknya 1 bulan setelah relaps sebelumnya. Pada setiap kondisi relaps harus diyakinkan tidak ada penyebab lain seperti infeksi. Oleh karenanya pasien yang diduga relaps tetapi disertai gejala infeksi, maka kemungkinan infeksi susunan saraf harus disingkirkan lebih dahulu.

Tidak semua relaps memperlihatkan gejala yang jelas. Pada kondisi demikian MRI dengan kontras akan membantu untuk memastikan. Pada kondisi relaps dapat ditemukan lesi inflamasi yang aktif di otak yang terlihat menyangat dengan pemberian kontras pada MRI.

Fatigue atau kelelahan dan Lassitude

Keluhan fatigue cukup sering dirasakan oleh pasien MS. Lebih dari 80% pasien MS mengeluhkan fatigue.

Berbeda dengan kelelahan pada umumnya, fatigue pada MS atau yang dikenal sebagai Lassitude memiliki bentuk yang berbeda. Penyebab Lassitude ini tidak diketahui. Diduga karena proses demyelinisasi mengakibatkan tubuh harus mengeluarka lebih banyak energi untuk keperluan transmisi saraf.

Fatigue pada Multiple Sclerosis:
  • Dapat terjadi tuba-tiba dan kapan saja.
  • Dirasakan pagi hari meskipun malam sebelumnya pasien tidur dan beristirahat cukup.
  • Semakin memberat pada siang dan sore hari.
  • Memberat pada suhu panas.
  • Dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Fatigue dapat diatasi dengan mengatur pola kerja agar bisa seefisien mungkin. Istirahat dan tidur yang cukup juga dapat membantu. Menghindari suhu panas juga dapat mengurangi fatigue. Apabila fatigue sangat mengganggu beberapa obat dapat diberikan untuk menguranginya. Jika pasien juga mengalami depresi maka terapi untuk depresinya termasuk dengan obat obatan anti depresi dapat dipertimbangkan. Pemakaian obat untuk mengatasi fatigue sebaiknya dalam pengawasan dokter.

Gangguan berkemih dan MS

Cukup banyak penyandang MS yang mengalami gangguan berkemih. Gangguan berkemih dapat bersifat menetap maupun hilang timbul. Gangguan berkemih meskipun tidak menetap perlu mendapatkan perhatian khusus karena jika dibiarkan akan mengakibatkan masalah yang lebih serius.

Gangguan berkemih dapat diakibatkan oleh ketidakmampuan kandung kemih untuk menahan urin dalam jumlah normal (spastic baldder) ataupun akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengeluarkan urin dengan sempurna sehingga terdapat residu dalam jumlah yang tidak normal.

Gejala gangguan berkemih dapat berupa:
  • Urgensi, yaitu keinginan untuk mengosongkan kandung kemih sesegera mungkin
  • Frekuensi, meningkatnya frekuensi untuk berkemih
  • Nokturia, meningkatnya frekuensi berkemih di malam hari
  • Inkontinensia, ketidakmampuan untuk menahan keinginan berkemih
  • Hesitansi, kesulitan untuk memulai berkemih
Pada setiap gangguan berkemih pada MS, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infeksi saluran kemih. Apabila didapatkan bukti adanya infeksi maka tatalaksana infeksi saluran kemih yang adekuat harus dilakukan.

Gangguan berkemih dapat mengakibatkan masalah sosial bagi yang mengalaminya. Dukungan dari orang-orang terdekat di sekitarnya akan sangat membantu dalam mengatasi masalah ini.

Multiple Sclerosis Hug
MS hug adalah sensasi seperti terikat yang dirasakan disekitar pinggang, dada ataupun leher.
Rasa terikat atau thight band ini diakibatkan oleh kontraksi dari otot-otot interkostal. Umumnya penyandang MS dengan gangguan pada medula spinalis yang merasakan MS hug.

MS hug pada tiap pasien bervariasi dari yang sangat ringan hingga rasa nyeri yang cukup berat. Pada gangguan yang dirasakan di sekitar dada terkadang menyerupai keluhan pada gangguan jantung
Latihan fisik yang terarah dapat membantu mengatasi keuhan ini. Beberapa jenia obat obatan seperti Baclofen dan juga Pregabalin dapat dipergunakan untuk mengurangi keluhan, tentunya harus di bawah pengawasan dokter.

MS hug tidak saja terjadi pada MS tetapi juga pada penyakit-penyakit yang menyerang medula spinalis lainnya.

Clinically Isolated Syndrome (CIS)
CIS merupakan episode pertama di mana seseorang memperlihatkan gejala dan tanda gangguan siatem saraf pusat yang berlangsung lebih dari 24 jam. CIS dapat berupa serangan monofocal maupun multifocal.

Pada CIS monofocal, gangguan saraf yang terjadi hanya melibatkan 1 lokasi atau 1 lesi. Misalkan pasien hanya mengalami Neuritis Optik saja dan tidak ada gangguan saraf lainnya. CIS multifokal, bila gangguan saraf yang terjadi melibatkan 2 lokasi atau 2 lesi. Misal pasien mengalami kelumpuhan tubuh sesisi dan Neuritis Optik. CIS seringkali dikaitkan dengan kejadian MS. CIS yang merupakan serangan pertama tidak selalu berkembang menjadi MS. Pada setiap kasus CIS perlu diyakinkan lebih dahulu tidak ada penyebab lain selain kemungkinan proses demyelinisasi. CIS yang disertai gambaran MRI menyerupai kelainan MS mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berkembang menjadi MS.

Tremor dan Multiple Sclerosis
Cukup banyak penyandang MS yang mengalami tremor atau gemetaran. Umumnya gejala tremor muncul beberapa tahun setelah terdiagnosis MS.
Tremor dapat terjadi pada berbagai bagian dari tubuh. Terdapat beberapa jenis tremor.
  1. Tremor intensi. Tremor yang muncul terutama pada saat pergerakan. Misalkan saat akan meraih suatu benda, tremor pada lengan menjadi semakin kuat. Pada posisi istirahat, tremor akan menghilang atau membaik. Tremor intensi adalah jenis tremor yang paling sering diderita oleh penyandang MS.
  2. Tremor Postural. Tremor yang muncul pada saat mempertahankan tubuh melawan gravitasi. Misal, tremor muncul pada saat berdiri atau duduk, tetapi membaik pada posisi berbaring.
  3. Resting Tremor. Tremor yang muncul pada saat anggota tubuh diistirahatkan. Umumnya tremor jenis ini terlihat pada penyandang Parkinson.
Tremor harus diakui sebagai suatu gejala yang sulit diatasi.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi tremor adalah:
  1. Rehabilitasi, diantaranya dengan mempertahankan postur tubuh yang baik dan keseimbangan tubuh. Latihan dibawah supervisi terapis dapat membantu mengatasi tremor
  2. Mengurangi stress, karena pada kondisi stress tremor dapat memburuk
  3. Terapi dengan obat-obatan. Berkonsultasilah dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan untuk mengatasi tremor. Beberapa jenis obat dapat digunakan seperti propanolo, acetazolamid dan clonazepam.
  4. Deep brain stimulation. Tindakan operasi untuk memasang elektroda pada bagian otak tertentu untuk mengendalikan tremor.

Useless Hand of Oppenheim
Merupakan manifestasi klinis MS yg klasik tetapi jarang. Tangan yg terganggu akan kehilangan fungsinya karena mengalami gangguan pada sistem sensorik. Tangan akan kesulitan dalam menentukan posisi dan dapat disertai dengan gerakan-gerakan involunter. Kekuatan tangan bisa tetap normal.

Gejala ini diakibatkan oleh adanya plak MS di medula spinalis pada tingkat servikal.
Pemeriksaan MRI dapat membantu mengidentifikasi kelainan tersebut.

Pseudorelaps
Pseudorelaps adalah adalah gejala yang menyerupai relaps tetapi bukan relaps.

Relaps sendiri didefinisikan sebagai timbulnya keluhan dan gejala neurologis yang berlangsung lebih dari 24 jam dan tidak disebabkan oleh sebab lain (tidak disertai demam, trauma dll). Gejalanya bs berupa gejala baru atau gejala lama yang memburuk dengan jarak waktu 30 hari dari serangan sebelumnya. Relaps dapat disertai dengan bertambahnya plak sklerotik pada gambaran MRI.

Jika gejala yang muncul hanya berlangsung beberapa jam kemudian membaik kembali dan berlangsung beberapa kali dalam 24 jam maka kemungkinan besar itu adalah pseudorelaps. Nyeri yang memberat dan kekakuan otot juga tidak selalu berarti relaps. Perlu diperhatikan gejala lainnya.

Mengapa relaps perlu dibedakan dengan pseudorelaps? Pada kondisi relaps terapi relaps perlu segera diberikan untuk memperpendek durasi relaps. Terapi yg diberikan adalah metilprednisolon dalam dosis yang cukup besar.

Sedangkan pada pseudorelaps, terapi tsb tidak diperlukan. Yg diperlukan adalah mengatasi gejala yang ada dan mengobati penyebab gejala tersebut.

Sangat dianjurkan bagi para penyandang MS juga NMO untuk selalu menginformasikan gejala gejala baru yang dirasakan kepada dokter saraf sesegera mungkin. Selanjutnya dokter akan mengevaluasi untuk memastikan apakah gejala tersebut relaps atau pseudorelaps.

Diagnosis Multiple Sclerosis

Untuk menegakkan diagnosis MS diperlukan beberapa hal berikut ini:
  1. Adanya gejala dan tanda neurologis yang sesuai dengan penyakit demyelinisasi
  2. Dissemination in time (DIT)
  3. Dissemination in space (DIS)
  4. Tidak ada penyebab lain yang dapt menjelaskan gejala dan tanda tersebut.

Gejala dan tanda dapat berupa Neuritis optika, gangguan keseimbangan, gangguan motorik seperti kelemahan juga gangguan sensorik seperti rasa baal dan kesemutan. Bentuk lainnya adalah gangguan berkemih maupun buang air besar dan juga rasa lelah yang tidak dapt dijelaskan penyebabnya. Umumnya gejala-gejala ini datang berulang dan di antaranya terdapat episode perbaikan (relaps remisi). Meskipun demikian tidak semua MS memiliki pola demikian.

Penyebab lain perlu disingkirkan. Banyak penyakit penyakit neurologis yang memperlihatkan gejala seperti MS. Stroke, tumor otak, infeksi otak, cedera kepala harus dipastikan tidak bertanggungjawab untuk gejala yang timbul.

Lumbal pungsi menjadi penting untuk dilakukan untuk memastikan tidak ada infeksi otak karena pengobatan MS dan infeksi otak sangat jauh berbeda.

Pemeriksaan penunjang MRI juga memainkan peranan yang penting untuk memastikan adanya DIT dan DIS.


Dissemination in Space (DIS)
Salah satu kriteria yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis MS adalah DIS
DIS terlihat pada gambaran MRI. Yaitu apabila ditemukan:
  • 1 lesi atau lebih pada T2
  • di 2 dari 4 tempat berikut:
    1. Jukstakortikal
    2. Periventrikular
    3. Infratentorial
    4. Medula spinalis
Lesi atau kelainan tersebut tidak harus menyangat kontras.
Selain DIS, tentunya kriteria lain untuk penegakan diagnosis MS harus dipenuhi.

Dissemination in Time

Kriteria lain yang juga diperlukan dalam menegakkan diagnosis MS adalah Dissemination in Time (DIT).

Dikatakan terdapat DIT apabila:
  • Pada MRI ulangan (MRI follow up) ditemukan lesi baru pada T2 dan atau lesi menyangat kontras. Tentunya diperlukan perbandingan dengan MRI sebelumnya
  • Atau apabila ditemukan lesi T2 yang asimptomatik bersama-sama dengan lesi lain yang simptomatik pada MRI yang sama
  • Atau secara klinis dapat dikatakan apabila seseorang mengalami 2 atau lebih serangan dengan gejala neurologis yang berbeda
Dan selalu pada upaya penegakan diagnosis MS, kriteria lain harus diperhatikan dan dipenuhi.

Pengobatan Multiple Sclerosis

Pengobatan MS terbagi menjadi pengobatan pada fase Relaps dan pengobatan untuk pencegahan Relaps. Pada fase Relaps, terapi pilihan yang diberikan adalah Metilprednisolon dengan dosis besar selama 3-5 hari. Selanjutnya pengobatan disesuaikan dengan tipe MS nya.

Untuk tipe RRMS, terapi Interferon masih menjadi pilihan pertama.

Penegakan diagnosis yang tepat sangat diperlukan sebelum menentukan jenis terapi. Pada MS yang melibatkan medula spinalis, harus dipastikan bahwa diagnosis bukan NMO atau Devic's disease. NMO atau Devic's disease akan mengalami perburukan dengan frekuensi relaps yang meningkat apabila diberikan Interferon.

Interferon Beta

Interferon Beta adalah salah satu "disease modifiying drug" yang digunakan dalam pengobatan MS. Interferon sebenarnya adalah protein natural yang dihasilkan oleh tubuh. Protein ini berperan dalam mekanisme imunitas tubuh salah satunya untuk melawan infeksi virus. Pada pengobatan MS, Interferon akan mengurangi inflamasi yang mengakibatkan kerusakan myelin atau selubung saraf yang berfungsi menghantarkan sinyal saraf.

Tidak semua pasien MS bisa mendapatkan manfaat dari pemakaian Interferon. Interferon direkomendasikan untuk:
  1. Relapsing Remitting MS, yang memperlihatkan 2 relaps dengan klinis yang jelas dalam waktu 2 tahun
  2. Secondary Progressive MS, yang masih mengalami relaps yang cukup dominan dan mengakibatkan disabilitas
  3. Clinically Isolated Syndorme yang memiliki gambaran MRI yang sesuai dengan MS atau cenderung akan berkembang menjadi MS
  4. Anak-anak dan usia muda dengan relapsing remitting MS

Fenomena Uhthoff

Fenomena Uthoff adalah memburuknya gejala MS atau munculnya kembali gejala sebelumnya pada saat suhu tubuh meningkat. Gejala yang memburuk tidak hanya terbatas pada memburuknya penglihatan tetapi bisa juga mengakibatkan gejala lainnya seperti kelemahan, kesemutan, ketidakseimbangan dan juga gangguan kognitif.

Pada serabut saraf pasien MS yang telah mengalami demyelinisasi, suhu panas akan mengakibatkan hantaran saraf yang semakin melambat.

Apabila suhu tubuh telah kembali normal umumnya gejala akan membaik kembali. Para ahli berpendapat, gejala yang ditimbulkan oleh Fenomena Uhthoff ini bukan relaps yang sebenarnya atau pseudo-excacerbation.

Tidak semua pasien MS mengalami Fenomena Uhthoff. Ada juga pasien MS yang justru bermasalah dengan suhu dingin. Gejala justru memburuk dengan menurunnya temperatur (inverse Uhthoff).

Tentunya untuk mencegah terjadinya fenomena Uhthoff dapat dilakukan dengan menghindari suhu panas yang berlebihan. Hindari ruangan yang bersuhu panas, minumlah cukup air, hindari sinar matahari langsung dan kenakanlah pakaian yang cukup nyaman yang tidak menyimpan panas.

Multiple Sclerosis dan Kehamilan

Penyandang MS yang kebanyakan perempuan usia muda tetap bisa mengandung, melahirkan dan menyusui seperti layaknya perempuan normal. Kejadian relaps pada masa kehamilan justru menurun. Pasca melahirkan kemungkinan relaps meningkat kembali tetapi umumnya tidak memperburuk disabilitas.

Bagi mereka yang menggunakan terapi disease modifying drug seperti interferon sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk hamil. Obat ini belum terbukti aman baik pada kehamilan maupun pada masa menyusui.

Apabila kondisi memungkinkan interferon akan dihentikan selama kehamilan. Dokter akan melakukan evaluasi lengkap terlebih dahulu sebelum menyatakan interferon dapat dihentikan.

Penyandang MS juga dapat melahirkan secara spontan. Tindakan anestesi apabila diperlukan juga tidak akan memperburuk kondisi MSnya.

Multiple Sclerosis dan Vaksinasi

Apakah pasien MS boleh mendapatkan vaksinasi? Jawabannya: YA.

Vaksinasi tidak memicu relaps. Akan tetapi penyakit infeksi justru akan memicu relaps. Seorang penyandang MS yg beresiko terkena penyakit infeksi yg dapat dicegah dengan vaksinasi sebaiknya mendatkan suntikan vaksinasi tersebut.

Penyandang MS yang sedang dalam terapi imumosupresan juga dapat menerima vaksinasi. Hanya saja efektifitas vaksinasi mungkin akan berkurang. Para pemakai terapi imunosupresan juga sebaiknya tidak menerima vaksin hidup (live attenuated vaccinations).

Berkonsultasilah dengan dokter sebelum menerima vaksinasi.

Support Group

Support group merupakan organisasi atau kumpulan beberapa orang yang memiliki penyakit yang sama atau sejenis dan saling berbagi pengalaman. Group ini melakukan diskusi dan saling berbagi ide, pengalaman, saling memotivasi dan mendukung satu sama lain.

Support group dapat memberikan dampak positif bagi pesertanya. Bagi penyandang MS di Indonesia kegiatan ini memberikan keyakinan bahwa mereka tidak sendiri mengingat MS masih tergolong langka di Indonesia. Support group juga meningkatkan relasi di antara anggotanya.

Jika anda penyandang MS atau NMO atau tersangka MS/NMO, anda dapat bergabung bersama Yayasan Multiple Sclerosis Indonesia (YMSI).

Sumber: Multiple Sclerosis Indonesia (MSI) blog & facebook dan berbagai sumber. Gambar: kompas, health24, mayoclinic.

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement