More on

Featured

Sunday, 2 October 2016

Mengenal Patent Ductus Arteriosus (PDA), Salah Satu Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

Mengenal Patent Ductus Arteriosus (PDA), Salah Satu Penyakit Jantung Bawaan (PJB) - Hallo sahabat APOTEK PLUS, Pada sharing artikel kesehatan kali ini yang berjudul Mengenal Patent Ductus Arteriosus (PDA), Salah Satu Penyakit Jantung Bawaan (PJB), saya telah menyediakan banyak artikel tentang kesehatan untuk anda. mudah-mudahan isi postingan dan tips kesehatan yang saya tulis ini dapat memberi manfaat untuk anda.

Artikel : Mengenal Patent Ductus Arteriosus (PDA), Salah Satu Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
Other : Mengenal Patent Ductus Arteriosus (PDA), Salah Satu Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

ALSO LIKE


Mengenal Patent Ductus Arteriosus (PDA), Salah Satu Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

Mengenal Patent Ductus Arteriosus (PDA), salah satu Penyakit Jantung Bawaan (PJB) tersering pada Bayi Prematur.

Saat masih berupa janin, terdapat sebuah pembuluh darah/saluran di jantung yang disebut ductus arteriosus, yang menghubungkan dua arteri utama, yaitu aorta dan arteri pulmonalis. Paru-paru tidak digunakan saat janin dalam kandungan, karena janin langsung mendapat oksigen melalui plasenta ibu. Ductus arteriosus ini mengalihkan darah dari paru-paru dan mengirimnya ke seluruh tubuh. Ketika bayi mulai bernafas, dan menggunakan paru-paru, ductus/saluran ini tidak lagi dibutuhkan dan biasanya menutup pada 2 hari pertama setelah lahir.

Tetapi ada kondisi dimana ductus tidak berhasil menutup, yang disebut dengan patent (artinya terbuka) ductus arteriosus (PDA), yang mengakibatkan darah yang kaya oksigen dari aorta bercampur dengan darah yang rendah oksigen dari arteri pulmonalis. Hasilnya, terlalu banyak aliran darah pada paru-paru, yang membuat tekanan pada jantung dan meningkatnya tekanan darah pada arteri pulmonalis.

Penyebab dari PDA tidak diketahui, kondisi genetik bisa mempengaruhi. PDA lebih umum ditemui pada bayi prematur, dan anak perempuan 2 kali lebih beresiko dibandingkan anak laki-laki. PDA juga umum terjadi pada bayi dengan neonatal respiratory distress syndrom, bayi dengan kelainan genetik (seperti Down Syndrome), dan bayi yang ibunya terinfeksi rubella selama kehamilan.

Pada kebanyakan kasus bayi dengan PDA, dan tidak disertai kelainan jantung lainnya, PDA akan menutup dan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa hari kehidupannya. Beberapa PDA yang tidak menutup dengan sendirinya, akan terus tampak saat anak berusia 1 tahun.

Pada bayi prematur, PDA lebih cenderung untuk tetap membuka, khususnya jika bayi mengalami masalah paru-paru. Ketika ini terjadi, dokter akan mempertimbangkan tindakan untuk menutup PDA.

Pada anak yang lahir dengan kelainan jantung lainnya yang mengurangi aliran darah dari jantung menuju ke paru-paru, atau menurunkan aliran dari darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh, PDA bisa membantu, dan dokter akan memberikan obat untuk membiarkan ductus arteriosus tetap membuka.


Gejala Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Bayi dengan PDA yang besar bisa memiliki gejala seperti:
  • Denyut nadi yang kuat
  • Nafas cepat
  • Susah menyusu
  • Nafas pendek dan sesak
  • Berkeringat saat menyusu
  • Mudah lelah
  • Pertumbuhan yang buruk

Jika dicurigai ada PDA, dokter akan memeriksa dengan stetoskop untuk mendengarkan suara murmur pada jantung, yang seringkali terdengar pada bayi dengan PDA. Pemeriksaan lanjutan dan penunjang bisa dilakukan, seperti:
  • Rontgen dada
  • EKG
  • Echo Jantung
  • Tes lab darah

Pengobatan Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Ada 3 pilihan pengobatan yang tersedia untuk PDA, yaitu dengan obat-obatan, prosedur/tindakan dengan kateter, dan tindakan bedah. Dokter akan menutup PDA jika ukurannya besar sehingga membuat paru-paru terlalu penuh dengan darah, kondisi ini bisa menyebabkan jantung menjadi membesar/membengkak.

Dokter juga bisa menutup PDA untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi seperti endocarditis, yang mempengaruhi lapisan otot jantung dan pembuluh darah. Endokarditis adalah kondisi yang serius dan membutuhkan penanganan berupa pemberian antibiotik lewat intravena/infus.
Sumber: Kidshealth | Sumber tulisan: FB dr. Agung Zentyo Wibowo | Gambar: Courtesy Google

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement